Pengertian Hay
Pengertian Hay. Pembuatan hay merupakan salah satu cara pengawetan HPT yang sederhana dan telah populer dikalangan peternak Indonesia. Hay adalah hijauan makanan ternak yang sengaja dipotong dan dikeringkan agar bisa diberikan kepada ternak pada kesempatan yang lain.
Pengertian hay yang lain adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumput-rumputan/leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering dengan kadar air 15 -20%. Namun kadar air hay yang baik adalah 15-16%, dalam kondisi ini hijauan pakan tidak akan membusuk bila disimpan. Bila penjemuran dilakukan dengan sinar matahari, caranya setelah HPT dipotong, langsung dijemur dengan cara menebar di lantai jemur atau pada rak-rak penjemuran, setiap 2 jam sekali dibalik. Kegiatan penjemuran dilakukan antara 3 – 4 hari. Pembuatan hay biasanya dilakukan pada akhir bulan Maret pada saat surplus produksi hijauan pakan, dan panas matahari cukup.Gambar 1. Hay yang dipadatkan.
Prinsip dari pengeringan yaitu menurunkan kandungan
air sehingga aman untuk disimpan dalam arti dapat menghentikan/menghambat
aktivitas dari tumbuhan itu sendiri dan enzim dari mikrobia yang terdapat di
dalamnya sehingga aman untuk disimpan. Hay merupakan metode konservasi yang
banyak dilakukan (mencapai 20% dari total produksi hijauan di negara maju)
dengan pengelolaan yang relatif sederhana dan mudah dilakukan.
Tujuan Pembuatan Hay
Pembuatan hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu
panen agar tidak menganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman
yang seragam akan memiliki daya cerna yang lebih tinggi agar tanaman hijauan
(pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu
sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim
kemarau.
Metode Pembuatan Hay
Pembuatan hay dapat dilakukan dengan beberapa
metode antara lain metode hamparan dan metode pod.
Metoda hamparan, merupakan metode sederhana,
dilakukan dengan cara menghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan
terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan dibolak balik hingga
kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air 20-30%
dengan tanda warna kecoklat-coklatan.
Gambar 2. Pembuatan Hay dengan Metode
Hamparan
Metoda Pod, dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat penyimpanan hijauan yang telah dijemur selama 1-3 hari (kadar air ± 50%). Rak tempat penyimpanan dapat berupa rak kaki tiga yang ujung bagian atasnya menjadi satu (tripod) atau kaki empat (tetrapod).
Gambar 3. Pembuatan Hay dengan Metode POD
Apapun metode pembuatan hay yang dilakukan yang penting adalah hijauan yang akan dibuat hay dipanen pada saat menjelang berbunga ketika kandungan protein tinggi dan kandungan air serta seratnya optimal, proses pengeringan dilakukan dengan sempurna, dan disimpan di tempat yang kering, terlidung dari air hujan, sehingga akan diperoleh hay yang berkualitas baik.
Peralatan dan Bahan Pembuatan Hay
Peralatan yang digunakan :
1.
Sabit
rumput/mesin pemanen rumput.
2.
Pelataran
untuk menjemur rumput dan rak untuk menghamparkan rumput yang akan dikeringkan.
3.
Alat
pengukur kandungan air (Delmhorst digital hay meter and bale sensor).
4.
Tali
untuk mengikat hay yang sudah kering.
5.
Gudang
untuk menyimpan hay.
Bahan yang diperlukan :
1.
Hijauan yang
berbatang halus, sehingga mudah dikeringkan.
Proses pembuatan hay :
1.
Sabit/potong
hijauan di kebun rumput!
2.
Lakukan
penimbangan berat hijauan yang diperoleh!
3.
Lakukan
pengeringan rumput dengan sinar matahari di lantai jemur! Apabila penjemuran
dilakukan menggunakan para-para yang mendatar atau miring, hijauan hendaknya
dibalik tiap 2 jam. Lama pengeringan tergantung tercapainya kandungan air,
yaitu 12-20% (kira – kira 1-3 hari).
4.
Lakukan
pengukuran kandungan air hay dengan menggunakan alat pengukur kandungan air!
5.
Jika hay
sudah jadi, buatlah hay dalam bentuk gulungan –gulungan dan diikat menggunakan
tali rafia.
6.
Simpan
hay di dalam gudang penyimpanan.
7.
Lakukan
pengontrolan secara periodik untuk mengetahui kualitas hay dalam penyimpanan.
Keuntungan Pembuatan Hay
Keuntungan pembuatan hay adalah :
1.
kwantitas
nutrisi relatif lebih lama dapat dipertahankan,
2.
kehilangan
nutrisi di lapangan dapat dikurangi dengan pemotongan hijauan pada stadium
pertumbuhan yang tepat yaitu saat menjelang berbunga (stage of maturity).
3.
kehilangan
nutrisi selama pengawetan dan penyimpanan dapat dikurangi bila menggunakan
peralatan tambahan pada waktu penjemuran dan hay yang dihasilkan dari proses
pengawetan yang baik dapat dipertahankan keawetannya dalam waktu yang lama
dengan sedikit kehilangan zat makanan yang dikandungnya.
Kerugian Pembuatan Hay
Kerugian pembuatan hay dapat terjadi pada saat pra
pembuatan, proses pembuatan maupun pada pasca pembuatan.
Kerugian Pra Pembuatan
Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat
menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kadar air
optimal), Jika kadar air terlalu tinggi, sementara proses pembuatannya tidak
sempurna, maka hay yang diperoleh berjamur sehingga menyebabkan kualitasnya
rendah.
Di Indonesia limbah pertanian terutama jerami padi
banyak diolah menjadi hay karena hasilnya berlimpah, tidak perlu menanam khusus
tinggal mengumpulkan saja sehingga penggunaannya menjadi sangat populer,
meskipun rendah nutrisi. Sehingga perlu perlakuan khusus dengan penambahan
garam atau baking soda atau pengawet lainnya untuk meningkatkan palatabilitas
dan menekan pertumbuhan jamur. Selain itu pencacahan menjadi ukuran lebih kecil
juga sangat penting untuk meningkatkan kecernaan
Kerugian Proses Pembuatan
Kerugian yang terjadi pada pembuatan hay di
lapangan dapat disebabkan oleh shattering, respirasi dari hijauan yang dipotong
sampai sel-sel tanaman mati, kerugian akibat fermentasi dan bleaching dan
kerugian nutrisi karena leaching.
Shattering, khususnya harus diperhatikan pada tanaman legum.
Bila pemotongan/pemanenan tanaman ditunda terlalu lama, daun cenderung menjadi
rusak atau hancur sewaktu penanganan. Kerugian ini sangat penting artinya
karena daun mengandung dua sampai tiga kali lebih besar prosentase proteinnya
dari pada batang. Daun lebih kaya dalam hal mineral dan vitamin dari pada
batang dan rendah serat kasarnya.
Respirasi, ketika hijauan dipotong, hijauan tersebut masih
dapat melakukan respirasi yang aktif sampai sel-sel menjadi mati, sebagai
hasilnya berupa sel-sel yang sudah kering. Perubahan yang disebabkan karena
respirasi sebagian besar terjadi terhadap karbohidrat di dalam tanaman.
Besarnya kerugian tergantung dari lamanya sel-sel menjadi mati. Tanaman sesudah
dipotong tetap melakukan metabolisme secara kontinyu dan metabolisme ini dapat
menghilangkan sejumlah zat-zat makanan. Keuntungan pada pengawetan yang cepat adalah
menghentikan metabolisme yang berlebihan. Pada kenyataannya dengan mereduksi
kadar air secara cepat adalah penting sekali terhadap efisiensi pada pengawetan
tersebut.
Respirasi dapat menyebabkan kerugian pada fraksi
karbohidrat yang dapat larut. Gula dioksidasi menjadi karbón dioksida dan air.
Kehilangan fraksi karbohidrat ini mengakibatkan naiknya prosentase dinding sel,
khususnya selulosa dan lignin sehingga menaikan kadar serat kasat.
Fermentasi, fermentasi terjadi pada zat-zat makanan organik,
khususnya gula dan pati, yang mengalami oksidasi menjadi karbón dioksida dan
air. Jika keadaan cuaca menguntungkan dan hay diawetkan dengan metode yang
layak, kerugian akibat fermentasi relatif kecil, namun sebaliknya, kalau
terjadi fermentasi berlebihan akibatnya hay menjadi berwarna merah tua atau
coklat. Kerugian oleh fermentasi tidak berakhir pada waktu pengawetan, juga
pada saat penyimpanan hay dalam gudang karena akan timbul fermentasi dan panas,
sehingga kualitasnya menjadi turun. Fermentasi berlebihan dapat dicegah dengan
cara mereduksi kadar air hijauan melalui proses pengeringan yang cepat.
Bleaching terjadi disebabkan oleh destruksi (penghancuran)
kloropil oleh sinar matahari. Bila hay mengalami bleaching, hay akan menjadi
rapuh, kualitas menurun karena turunnya palatabilitas dan digestibilitas, warna
menjadi buruk, aroma hilang dan nilai berkurang. Aksi bleaching meningkat jika
terkena hujan dan embun. Jika hay mengalami bleaching akibat penyinaran
matahari yang lama, hampir semua karoten hilang.
Leaching , bila selama periode pengawetan hay mengalami
kehujanan, maka akan terjadi penipisan / pengeluaran nutrisi (leaching) atau
terjadi kehilangan nutrisi yang larut dalam air.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kerugian akibat proses pengawetan yaitu penggunaan atap dari plastik transparan
dan para – para pada saat penjemuran. Karena jika tidak menggunakan atap lebih
banyak kehilangan bahan kering akibat fermentasi dan rontok daun dibanding yang
menggunakan atap. Jika tidak menggunakan atap dan para - para menyebabkan
tejadinya penurunan kadar protein, karena terjadi peristiwa leaching, rontok
daun dan muncul jamur, serta menyebabkan menurunnya total pigmen, karena
terjadi bleaching. Kandungan nutrisi hay dari proses pengeringan dengan
menggunakan atap dan para – para lebih tinggi, maka hay tersebut memiliki daya
cerna bahan kering dan bahan organik yang lebih tinggi.
Kerugian Pasca Pembuatan
Kualitas hay yang disimpan dipengaruhi oleh kadar
air terakhir waktu hay akan disimpan, lamanya waktu penyimpanan dan kelembaban
lingkungan sekitarnya. Kadar air terakhir waktu hay akan disimpan berkisar
antara 15-16%. Penyimpanan hay yang dilakukan sebelum cukup kering / mengandung
kadar air yang berlebihan akan mudah tumbuh jamur, hal ini tidak baik untuk
pakan ternak.
Kualitas Hay
Ciri – ciri Hay yang berkualitas
1.
Hay yang
berkualiatas baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
2.
Warna
hijau mengkilau/ kekuning-kuningan
3.
Daun-daunnya
masih utuh, tidak banyak banyak yang rusak, bentuk hijauan masih tetap utuh dan
jelas, tidak terlalu kering sebab akan mudah patah Lemas, mudah dibengkokan.
4.
Rasio
daun lebih banyak, batang lebih sedikt.
5.
Tidak
kotor dan tidak berjamur.
6.
Bau harum
khas hay
7.
Nilai
gizinya tetap tinggi
8.
Disukai
ternak.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Kualitas Hay
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai nutrisi
hijauan pakan ternak dalam bentuk kering /hay adalah:
Kondisi tanah
Kondisi tanah (kesuburan tanah) akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman hijauan pakan dan akan mempengaruhi kandungan
nutrisinya.
Species tanaman,
Setiap spesies tanaman hijauan pakan secara genetik
memiliki kandungan nutrisi yang berbeda – beda.
Tingkat pertumbuhan tanaman dan waktu pemanenan
Untuk mendapatkan hay yang berkualitas, hay harus
dibuat dari hijauan yang dipotong pada stadium pertumbuhan yang tepat.
Banyaknya daun
Tanaman hijauan pakan yang memiliki daun yang
rimbun lebih berkualitas dibanding dengan tanaman hijauan pakan yang kondisi
daunnya sedikit dan kurus.
Bentuk fisik
Tidak banyak daun yang rusak, bentuk hijauan masih
tetap utuh dan jelas, tidak kotor dan tidak berjamur.
Perubahan kimia dan kehilangan selama
pengeringan.
Hasil pengeringan berkorelasi positif dengan cuaca.
pada cuaca baik akan dihasilkan hay yang baik, tetapi pada cuaca jelek akan
dihasilkan hay yang jelek. Kandungan nutrient dalam hay yang berkualitas jelek
sudah sangat miskin terutama karbohidrat non struktural dan pro vitamin A. Pada
konservasi yang baik sedikit terjadi penurunan kualitas hijauan pakan.
Penyimpanan.
Penyimpanan hay yang dilakukan sebelum cukup kering
dapat dirusak oleh proses pembakaran spontan dan hay yang mengandung kadar air
berlebihan, cenderung berjamur. Hai ini tidak baik digunakan sebagai pakan
ternak.
Penggunaan Hay
Penggunaan hay untuk pakan ternak perlu dibatasi,
hal ini karena kualitas hay tidak akan pernah sama dengan kualitas hijauan
segar. Kesetaraan hay disbanding dengan rumput segar berkisar antara 85 - 90%.
Sehingga pemberian harus dibatasi disamping kualitas menurun dan palatabilitas
juga menurun. Pemberian hay disarankan tidak lebih dari 35% jumlah pakan yang
diberikan, jika lebih dari 35% maka harus ditambah pakan konsentrat untuk
memenuhi kebutuhan gizinya. Jadi idealnya kombinasi hijauan segar, hay dan
konsntrat.
0 komentar:
Posting Komentar